Liputan6.com, Jakarta Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita memembidik sejumlah pasar ekspor baru di negara Amerika Latin hingga Timur Tengah. Tujuannya guna menguatkan sektor industri ditengah tantangan global saat ini.
Dia mengakui, tantangan industri kedepannya akan semakin berat. Pihaknya juga sudah mulai membahas mitigasi dengan sejumlah asosiasi merespons risiko global.
Baca Juga
"Pertama, yang penting adalah membuka pasar baru ekspor, kita akan buka akses, mencoba membuka akses pasar di Ameirika Latin, Amerika Selatan, Afrika, Timur Tengah dan Asia," kata Menteri Perindustrian dalam Konferensi Pers Pertumbuhan Ekonomi di Triwulan ke-3, Senin (7/11/2022).
Advertisement
Langkah mitigasi kegia, adalah dengan peningkatan penguasaan pasar dalam negeri, memperkuat dan mendorong promosi dan kerja sama lintas sektoral. Ini juga didukung oleh kebijakan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).
"Dan langkah ketiga, penguatan daya saing industri melalui kemudahan akses bahan baku, penguatan ekosistem usaha dan produksi. Kita lihat berbagai instrumen, bea masuk pemerintah, atau bahan baku industri bisa kita relaksasi fiskalnya, dan banyak sekali instrumen lain yang bisa digunakan," bebernya.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkap pertumbuhan positif terjadi di sektor industri non migas. Angkanya mencapai 4,88 persen di Kuartal III 2022 dari angka sebelumnya di tahun lalu.
"Pertumbuhan industri nonmigas pada triwulan 3 secara year on year mencapai 4,88 persen, in tentu lebih baik dari angka pertumbuhan sebelumnya yang 4,43 persen," ujar dia dalam Konferensi Pers Capaian Pertumbuhan Ekonomi Triwulan ke-3, Senin (7/11/2022).
Tiga Klater Industri
Dia mengatakan, Kemenperin telah melakukan klasterisasi industri mengacu pada kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Setidaknya ada 3 klaster industri, yakni, industri yang tumbuh menguat, industri yang tumbuh melambat, dan industri yang mengalami kontraksi.
Pada sisi industri yang menguat, Menperin Agus menyebut kalau penopangnya ada industri alat angkutan, kemudian industri mesin hingga industri elektronika. Peningkatan ini disebut sebagai buah dari kebijakan yang diambil pemerintah.
Kemudian, di klaster industri yang mengalami pelambatan pertubuhan, ada industri makanan dan minuman. Mneurutnya pertumbuhan industri makanan minuman masih rendah ketimbang kondisi sebelum pandemi Covid-19.
"Ini akan kita kembalikan dari berbagai macam alasan kenapa tumbuh melambat ini ada kaitan bahwa permintaan dari luar negeri juga terganggu karena tekanan ekonomi global dan juga inputnya cukup tinggi. Sekarang berkaitan dengan bahan baku, baik itu ketersediaan maupun harga dari bahan baku itu sendiri, salah satunya (karena) menguatnya (nilai tukar) dolar," terangnya.
Advertisement
Terkontraksi
Lebih lanjut, pada klaster ketiga, Agus menerangkan kalau beberapa industri mengalami pertumbuhan negatif. Sebagai contoh, ada industri bahan galian dan industri logam.
"Cukup terpukul juga furnit, seperti yang kami sampaikan, sama seperti klaster sebelumnya, banyak pelemahan market khususnya di Eropa dan tingginya nilai input atau bahan baku," bebernya.
Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), di kuartal III ini, sektor industri memiliki kontribusi 17,88 persen dan sektor pertambangan berkontribusi 13,47 persen. Kemudian sektor Pertanian berkontribusi 12,91 persen, sektor perdagangan berkontribusi 12,74 persen, dan sektor konstruksi berkontribusi 9,45 persen.